Memandikan Benda Pusaka di Bulan Suro

Selamat datang bulan Suro........ Orang Jawa percaya bulan Suro sering dianggap sebagai bulan keramat. Bahkan orang Jawa percaya kalau bulan Suro adalah bulan kesedihan, maka tak heran jika acara ngunduh mantu atau acara-acara besar diwanti-wanti tidak diselenggarakan di bulan ini. Tapi saya nggak bakal cerita mengapa bulan Suro kok nyeremin, monggo silakan baca ditempatnya Pak Besar  saja.

Di bulan Suro ini orang-orang Jawa getol membersihkan pusaka-pusaka yang disimpannya. Kaya toh keris, tombak, pedang, trisula, dan pusaka-pusaka lain. Satu tahun sekali pusaka-pusaka tersebut dibersihkan dari karat atau teyeng dan kotoran-kotoran yang melekat. Meski sebenarnya pusaka-pusaka itu nggak dipakai atau sering cuma buat pajangan saja sih.

Tetangga belakang rumah saya kebetulan sering membersihkan pusaka-pusaka kayak keris dan sebangsanya di bulan Suro. Istilahnya sih ngedusi benda pusaka. Bukan cuma pusakanya saja yang diadusi tapi juga pusaka-pusaka milik orang lain. Jadi tetangga saya ini semacam biro jasa yang ahli memandikan benda pusaka. Sudah turun temurun keluarga belakang rumah ini menerima jasa pembersihan semacam itu. Memang tak butuh ritual khusus sih bagaimana seharusnya membersihkan benda pusaka, tapi butuh ketelitian dan ketekunan dalam membersihkan.

Langkah pertama dimulai dengan membasuh keris atau benda pusaka dengan menggunakan air biasa. Selanjutnya digunakanlah air jeruk nipis, kulit jeruk nipis, sikat berbulu halus untuk menggosok badan-badan keris. Jika tidak ada karat maka proses pembersihan bisa dilanjutkan ke tahap berikutnya. Tapi jika ada karat proses pembersihan bisa memakan waktu lama.


Basuh Keris dengan Air Bersih
Menggosok Keris dengan Air Jeruk Nipis dan Kulitnya

Karat atau teyeng tidak bisa dipaksa untuk dihilangkan karena akan merusak pamor atau corak di badan keris. Maka satu-satunya cara yang dilakukan agar tidak mekso adalah dengan merendamnya di air kelapa selama 2-3 hari. Air kelapa akan mengangkat teyeng-teyeng tersebut meski tidak seluruhnya. Setelah semuanya bersih proses selanjutnya adalah menjemur pusaka barang sebentar biar kering.

Keris atau pusaka yang telah kering dilumuri dengan Warang yang dicairkan dengan air jeruk nipis. Do you know Warang? Saya nggak tau. Tetangga saya tak tanya cuma bilang kalau Warang adalah obat kimia beracun yang dilumurkan pada keris. Wujud Warang ini keras seperti laiknya batu yang kemudian ditumbuk dan dicairkan dengan menggunakan jeruk nipis. Warang tidak boleh dicairkan dengan air biasa karena tidak mantak aji.


Warang yang Berwujud Batu (kiri dalam plastik)
Dicairkan dengan Air Jeruk 


Keris yang Belum di Warang (Atas) Terlihat Mengkilat,
Keris yang Sudah di Warang (Bawah) Tidak Mengkilat.


Warang mempunyai manfaat untuk mengawetkan keris atau benda-benda pusaka itu. Oya setelah diberi Warang, keris dijemur sebentar tapi tidak langsung di bawah matahari. Penjemuran yang terlalu lama dan di bawah matahari langsung akan membuat keris gosong dan pamor-nya tidak kelihatan lagi. Keris yang telah kering selanjutnya diberi minyak Cendana agar harum baunya disimpan selama setahun nanti.

Post scriptum : Pamor atau corak dalam keris dan benda pusaka ada buanyak macam, yang ahli perkerisan saja sampai nggak hafal, apalagi saya. Mulai dari pamor Beras Wutah, Sabuk Inten, Brojol, atau Pijetan. Uniknya pamor jenis Pijetan ini dibuat empunya dengan memijat badan-badan keris. Lha emang ora panas? Sajakke yo ora, si empu mungkin sudah punya aji-ajian dulu. Bagi yang pingin bersihin keris atau benda pusaka, harga yang ditawarkan murah lho, berkisar 35-40 ribu rupiah saja.    

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer