Werkudara Bima


Mereka adalah keturunan Sentanu, keturunan Wicitrawirya (Adik tiri Bhisma) dari anak-anak bernama Dretarastra dan Pandu, dua kakak beradik dengan kemampuan berbeda. Telah ditakdirkan oleh Dewa bahwa keturunan Sentanu mengalami perang saudara, telah ditentukan di mana kelak mereka berperang, dan lebih mengerikan telah diketahui pula siapa yang akan terbunuh di medan perang.

Dikisahkan anak-anak Pandu dari Kunti dan Madrim selalu lebih unggul daripada anak-anak Dretarastra dan Gendari yang jumlahnya seratus. Pandawa dan Kurawa dua keluarga yang berbeda. Pupuk kebencian ditanam, dieram, dan diledakkan pada momen-momen tertentu. Puncaknya pada perang Baratayudha : perang saudara yang menewaskan banyak orang-orang tercinta.

Epos menarik ini akan terasa hampa ketika saya hanya menceritakan bagaimana Mahabarata secara keseluruhan. Maka di momen ini, momen di mana saya sedang gandrung dengan wayang, cerita mengenai Mahabarata akan saya bahas satu per satu  melalui tokohnya. Saya mulai dengan menceritakan Bima.

Wekudara Bima
Sebenarnya kisah hidup Bima tidak seheroik kisah Karna yang dibuang, tidak semenarik pula dengan kisah Arjuna yang tampan dan beristri banyak. Tapi saya begitu tertarik untuk mengisahkannya, hanya gara-gara sifat Bima yang sangar namun welas asih.

Alkisah, suatu hari keluarga besar kerajaan Hastinapura berwisata, dua keluarga penghuni kerajaan; Kurawa dan Pandawa turut serta. Duryudana (Anak tertua Kurawa) bernafsu sekali mencelakai keluarga Pandawa, terutama Bima yang mempunyai kekuatan  sebanding dengannya. Ya, Bima dan Duryudana memang sedari kecil bersaing, mereka sama-sama bertubuh gempal, bersenjatakan gada, dan paling bisa diandalkan oleh keluarganya.

Ada dua versi cerita bagaimana Bima dicelakai Duryudana. Pertama, Bima ditawari oleh Duryudana makanan enak, ia makan dengan lahapnya kemudian pingsan. Tubuh Bima diikat lantas dilarung di sungai Gangga sampai dipatuk ular berbisa.  Ular tersebut justru menyadarkan dan menambah kekuatan Bima. Versi kedua, Bima diajak minum sampai mabuk, kemudian diikatlah tubuhnya dan dimasukkan ke sumur Jalatunda, sumur dengan banyak ular. Ia selamat berkat pertolongan Sang Hyang Nagaraja, penguasa sumur Jalatunda.

Muara cerita keduanya sama, Bima selamat dan bertambah kuat.

Pada perang Baratayudha ia membunuh banyak keluarga Kurawa, termasuk di dalamnya Dursasana dan Duryudana. Pertarungan Bima dan Duryudana ada menjelang akhir perang, ketika semua pasukan Kurawa telah tumbang. Mereka bertarung menggunakan gada, diwasiti sendiri oleh Baladewa sang guru.

Duryudana yang dijagokan sebagai pemenang karena menggunakan mantra oles dari Gendari akhirnya tumbang karena bagian paha kiri luput dari olesan mantra kebal pukulan. Bima memang menyalahi aturan main, tidak boleh memukul bagian perut ke bawah. Tapi perang sudah harus diakhiri, mau tak mau ia harus menghabisi Duruyudana.  

Kepandaiannya dalam bertarung ia olah sejak berguru pada Resi Durna sebagaimana saudara-saudara lainnya, para Pandawa dan Kurawa. Ketangkasannya bermain gada ia peroleh dari Baladewa, saudara Kresna. Ia menjadi murid setia Baladewa, seperti juga Duryudana dari Kurawa.

Pernah suatu kali dia diperintahkan Resi Durna untuk mencari air kehidupan di dasar samudra. Maka berangkatlah Bima atas titah sang guru. Apa yang dinamai air kehidupan sebenarnya tidak ada di dasar samudra tapi di hati setiap manusia. Bima dikelabuhi, tapi ia menjalani dengan sungguh-sungguh.

Dalam perjalananannya menuju dasar samudra ia bertemu dengan dua raksasa jelmaaan Batara Indra dan Batara Bayu, keduanya berhasil dikalahkan. Setelahnya ia bertemu dengan Naga Nemburnawa, dilawanlah naga itu dengan merobek perutnya dengan kuku pancanaka. Sesampainya di dasar samudra, ia bertemu dengan dewanya yang sejati, Dewa Ruci. Ia belajar mengenai makna kehidupan dan mendapat gelar Begawan Bima Suci.

Fragmen ketika Bima menuruti perintah Resi Durna, adalah fragmen paling keren. Ia tidak berprasangka apapun terhadap guru maupun musuhnya, padahal sebenarnya itu adalah jebakan yang dilakukan Sengkuni menggunakan Resi Durna. Bima berhati bersih hingga tak ada pransangka muncul, sampai kemudian ia mendapat apa yang sebanding dengan perjuangannya. Bertemu Dewa Ruci.  

Bima bukanlah anak pertama Pandu dan Kunti, ia anak kedua tertua setelah Puntadewa. Konon menurut cerita ia adalah anak Kunti dari titisan Batara Bayu, lahir berwujud bungkus selaput tipis yang tidak dapat dipecah oleh apapun. Untuk memecahkannya Batara Guru harus turun tangan, maka diutuslah Gajah Sena.  

Menusuk-nusuk dengan gading, menginjak-injak, dan menendang-nendang, itulah yang dilakukan Gajah Sena. Namun tidak dinyana bukannya mati, Bima keluar dari bungkus dan melawan Gajah Sena sampai mati kemudian manunggal di tubuhnya.

Berani, tegas, berpendirian kuat adalah sedikit dari sekian banyak sifat becik Bima. Posturnya yang tinggi besar dengan kekuatan luar biasa tidak membuat Bima tinggi hati. Ia bahkan dilakonkan dengan tidak pernah berbicara halus pada siapapun, pada guru, tetua Astina, atau bahkan dewa. Terkecuali Dewa Ruci dewa yang sangat dipujanya. Terlihat jelas, betapa Bima tidak pernah memandang Kasta bukan?

Sifatnya yang tidak memandang kasta bukan berarti sama dalam memandang segalanya. Ia menolak Arimbi. Ya, raksesi yang tergila-gila pada kegagahan dan kekuatan Bima itu ditolak mentah-mentah. Arimbi mengejar-ngejar sampai memohon-mohon pada Kunti agar bisa menikah dengan Bima. Kunti mengabulkan, ia merubah Arimbi menjadi cantik hingga Bima mau menikahinya. Mereka menikah dan lahirlah Gatotkaca.  

Komentar

Postingan Populer