Bertualang Mencari Mona
Sudah
tiga minggu ini saya belajar bahasa inggris dengan guru privat bernama Endarti.
Yak, kamu yang kenal pasti sudah paham benar siapa Endarti dengan segala track
record-nya. Bisa membayangkan Endar jadi guru? Bisalah ya, bagi saya Miss Endar
sungguh sangat bisa disebut guru teladan. Pintar, sabar, telaten, dan yang
terpenting mau saya bayar murah. Hormat deh!
Mulanya
saya berkeras ingin belajar bahasa inggris aktif berupa speaking dan writing.
Tapi apa daya, sering keinginan berbentur dengan kenyataan bukan. Reading
dan listening saja masih parah. Akhirnya saya putuskan untuk belajar
bahasa inggris pasif. Untuk pelajaran reading itu, Miss Endar
meminjamkan pada saya sebuah buku cerita yang ia pinjam dari perpustakaan FBS.
Mona is Missing, itu judul bukunya.
Coba
amati covernya, kira-kira dalam cover itu siapakah bernama Mona? Barangkali
sebagian dari kalian pembaca mengira kalau Mona adalah si gadis berkepang atau
si nyonyah berkerudung. Tebakan kalian salah. Mona bukanlah gadis berkepang dan
bukan pula nyonyah berkerudung. Mona, nama yang cantik itu adalah nama unta
peliharaan.
Sudut
pandang yang digunakan dalam cerita adalah sudut pandang orang pertama dan saya
adalah pemilik Mona, si gadis berkepang itu. Sesuai dengan judul, buku ini bercerita
mengenai unta bernama Mona yang hilang. Saya tinggal di Abu Dhabi Mesir dan
buku ini akan bercerita banyak mengenai beberapa petualangan saya di padang
pasir, sungai Nil, dan tebing curam.
Baiklah
saya akan mulai menceritakan bagian petualangan di padang pasir untuk mencari
Mona. Tenang tak usah khawatir, saya nggak akan menceritakan semua isi buku
ini. Saya akan ceritakan pengalaman mencari Mona di padang pasir saja.
Cerita
dimulai ketika pada suatu pagi saya tiba-tiba terbangun dan merasa ada sesuatu
yang janggal. Segera saja saya turun dan keluar mengelilingi halaman dan betapa
terkejutnya ketika tahu Mona tidak ada di kandang. Ini persoalan serius!
Di
fragmen awal, saya memutuskan untuk mencari Mona sendirian di padang pasir. Rupanya
ini pilihan pahit. Udara padang pasir yang panas dan kering sungguh membuat
lelah. Maka ketika menjumpa oasis di padang pasir, saya teramat bahagia. Segera
saja saya minum air dan tiba-tiba rasa kantuk pun menyerang. Saya kemudian tertidur
di bawah pohon kelapa. Saya terbangun ketika tiba-tiba terdengar sebuah suara
di atas kepala dan betapa kagetnya bahwa suara itu bersasal dari Mona.
Fragmen
awal ini memang kurang menarik, karena berakhir terlalu sederhana. Maka saya
putuskan untuk tulis juga fragmen kedua.
Fragmen
kedua rupanya lebih menarik. Saya putuskan untuk mencari Mona dengan seorang sepupu
bernama Ali. Kami bersepakat untuk tetap mencari Mona di padang pasir dan pastinya
perjalanan ke padang pasir adalah perjalanan melelahkan.
Di
tengah perjalanan kami kehabisan bekal air. Namun tak berapa lama kemudian kami
terkejut ketika di padang pasir berdiri dengan megahnya sebuah istana bergambar
dikelilingi pohon-pohon rindang. Ali semula tak percaya, ia bahkan mengatakan
bahwa pandangan di depan mata kami hanyalah fatamorgana yang kerap dialami oleh
mereka pengembara gurun yang lelah.
Kami
pun memutuskan untuk mendekati istana bergambar dan sungguh mengejutkan bahwa
istana tersebut benar-benar nyata.
Kami
segera berteduh, minum beberapa teguk air, dan makan beberapa buah. Ketika
sedang menikmati itu semua, tiba-tiba munculah seorang putri cantik. Namanya Ismet.
Ia bercerita bahwa dulu ia memiliki saudara yang tak kalah cantik darinya bernama
Sesma.
Kecantikan
Sesma membuat Pharaoh—penguasa Mesir—jatuh cinta. Sesma pun juga menanggapi
cinta Pharaoh. Namun demikian, ada seorang putri yang tidak terima dengan
bersatunya cinta Sesma dan Pharaoh. Putri tersebut tidak menyukai Sesma. Ia segera
saja mengutuk keluarga Sesma menjadi binatang.
Pharaoh
tak bisa berbuat apapun, namun ia mencoba agar keluarga Sesma tetap bisa
berkumpul. Permohonannya dikabulkan, satu hari dalam satu tahun ada hari dimana
keluarga Sesma dapat berkumpul.
Ismet
telah selesai bercerita mengenai keluarganya. Dengan tiba-tiba datang cahaya
kuat yang menyilaukan mata kami. Ismet yang berada di depan kami menghilang dan
betapa terkejutnya kami bahwa ditempat Ismet tadi sudah berdiri Mona. Semuanya
menjadi jelas, kami berpikir bahwa Ismet adalah Mona.
Buku
ini menawarkan jenis petualangan yang renyah dan menarik. Penulis menawarkan
cara bertualang seru yang membuat pembaca penasaran dengan cerita-cerita di
dalamnya. Ibaratnya, kita tidak terlalu didekte dengan pikiran-pikiran penulis
yang kadang memutuskan akhir dengan tidak pas.
Pembaca
diberi pilihan untuk bertualang secara ringkas ataupun berbelit belit. Hemat
saya, buku ini adalah buku tepat untuk belajar bahasa inggris bagi pemula. Diksi
yang digunakan sederhana. Pun dengan percakapan-percakapan yang tak terlalu
panjang. Dan tentu gambar-gambar yang disebar dalam cerita juga turut membantu pembaca
untuk memahami buku ini. Persis buku bantu bagi anak-anak untuk belajar
membaca.
Pada
intinya kita diajakan untuk berpikir bahwa setiap pilihan yang kita putuskan
akan selalu ada konsekuensi-konsekuensi setelahnya. Selamat membaca!
Komentar
Posting Komentar