Bisma Tak Lagi Percaya Para Dewa

Bisma di Kurusetra. Gambar oleh wayang.wordpress.com
Bisma, lakon dalam Mahabarata ini termasuk salah satu daftar idola saya selain Werkudara dan Karna. Dalam bayangan saya, Bisma ialah pandita bijak bestari nan sabar yang kerap bertapa untuk ngangsu kawruh. Bisma seorang yang berani menolak perempuan yang dicintainya. Demi janji pada dirinya sendiri dan disaksikan oleh para dewa, ia menolak perempuan cantik yang sudah menjadi jatahnya.

Amba begitulah ia dikisahkan, perempuan cantik tanpa kepastian cinta. Dalam sebuah sayembara yang diadakan oleh Kerajaan Kasi untuk memperebutkan Putri Amba, Ambika, dan Ambalika, seorang bernama Bisma Dewabrata turut serta. Ia ksatria tangguh yang akan memenangkan ketiga putri itu untuk dua adiknya,  Citranggada dan Wicitrawirya.

Konon menurut cerita kedua adiknya tak setanggguh Bisma Dewabrata. Maka sebagai titisan dari Dewi Gangga yang tangguh ia harus memenangkan sayembara itu. Satu demi satu setiap lawan yang menghadangnya ia kalahkan, pun termasuk ksatria bernama Salwa, seorang  yang telah menjalin hubungan kasih dengan Amba. Dapat ditebak, lakon protagonis ini memenangkan tiap pertandingan yang menghadangnya. Bisma Dewabrata menang, maka ketiga putri menjadi haknya, pun dengan Putri Amba yang telah menambatkan hatinya pada Salwa.

Amba dirundung gelisah, pasalnya ia masih jatuh cinta dengan Salwa. Sedangkan menurut hukum ksatria, Salwa tak lagi berhak mencintai Putri Amba. Maka Amba memutuskan jalan untuk mencoba mencintai Bisma. Sementara itu Putri Ambika dan Ambalika menjadi milik kedua adik Bisma, yakni Citranggada dan Wicitrawirya. Sayang Citranggada meninggal dan Ambika serta Ambalika menjadi milik Wicitrawirya, kakek kandung Pandawa dan Kurawa.

Amba kekasih Salwa mulai jatuh cinta pada Bisma dengan penuh seluruh. Naga-naganya Dewa berkehendak lain, Bisma diberi ketetapan hati menanggung sumpahnya. Suatu hari yang lesu, Amba menemui Bisma memohonan untuk menikahinya. Dengan terbata-bata Bisma menolak cinta tulus Amba. Ia seperti laiknya manusia lain juga sebenarnya mengalami jatuh cinta. Kali ini pada Amba.
Pertarungan batin dahsyat, antara menerima cinta Amba atau menepati janjinya sendiri. Amba terus mengejar Bisma. Terus menerus mengikuti Bisma bahkan sampai ke pertapaannya. Merasa terganggu dengan keberadaan Amba di dekatnya, Bisma mengancam Amba dengan panah dan busur yang dibawanya. Ia berharap Amba akan takut dan menjauh pergi.

Rasa cinta Amba yang begitu menggebu bercampur gemas karena Bisma tak mau menerimanya begitu menguatkan Amba. Ia tak takut dengan ancaman apapun. Maka di antara dua orang yang jatuh cinta itu tak mengira jika kemudian panah dapat lepas begitu saja dari busurnya. Menurut cerita panah terlepas karena keringat ditangan Bisma membuat licin. Tapi menurut saya, Bisma sedang grogi saja waktu itu.

Panah tepat mengenai bagian dada Amba. Bisma menangis penuh kecewa memangku Amba di ambang kematiannya. Ia larut dalam kesedihan, bahwa seseorang yang ia cintai  dan mencintainya mati karena perangainya. Sesuai dengan permintaan Amba pada para dewa, reinkarnasi Amba (Srikandi) itulah yang akan menjemput kematian Bisma di Kurusetra.

Pada hari kesepuluh Perang Kurusetra, Srikandi yang dibantu panah Arjuna menyerang Bisma hingga lumpuh. Ia tak balas menyerang karena Srikandi adalah perempuan yang menurutnya tak pantas diserang (Bisma juga tak menyerang orang yang tidak memiliki senjata, orang yang jatuh dari kereta, orang yang telah berkata menyerah).

Bisma yang terkena panah tak lantas mati, ia berhak menentukan kematiannya sendiri. Ada beberapa versi mengenai kematian Bisma. Ia mati setelah Kurawa hancur dan ia mati ketika berada di samping cucu-cucunya Pandawa dan Kurawa. Nah yang saya agak-agak gimana gitu dengan sikap Bisma ialah, ia harus menolak Amba yang jelas-jelas ia cintai dan mencintainya.

Tapi saya juga tak bisa menyalahkan sepenuhnya Bisma, bahwa ia sungguh telah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak menikah agar tak terjadi perang pada anak keturunannya. Pada akhirnya dewa tak dapat bertindak adil. Perang tetap terjadi pada anak turun Bisma (meski Pandawa dan Kurawa bukan anak turunnya langsung, tetapi tetap ada pertalian darah dan ikatan batin kuat dengan mereka) dan ia hanya bisa menelan kekecewaannya. Barangkali Bisma sudah tak percaya lagi dengan para dewa.
Ah seaindanya saya jadi Dewa, maka akan saya bisikkan pada Bisma untuk menerima cinta Amba saja atau malah ikut serta mati dengan Amba yang terkena busur panah. Pelan-pelan saya setel Gugur Bisma milik Sujiwo Tedjo merayakan kepergiannya..

Pada kancah Baratayuda
Pada kancah perang besarmu hari ini
Bisma, jiwa besar pada sekeping kaca
Setiap saat Engkau berkaca
Gugur Bisma....

Komentar

  1. Jadi alasan Bisma buat nggak mau menikah sebenernya apa ya?
    Nggak mau keturunannya berperang atau karena dia merelakan tahta yang seharusnya dia miliki untuk keturunan Dewi Gandawati (istri Prabu Sentanu yang kedua setelah berpisah dengan Dewi Gangga)?

    BalasHapus
  2. Mahabarata ada dua versi India dan Jawa yang kadang ceritanya sedikit bereda. Misalnya Srikandi dalam versi India itu digambarkan sebagai perempuan yang berubah jadi lelaki. Nah di versi Jawa Srikandi digambarkan perempuan tulen tangguh. Mengapa tidak berubah jadi lelaki? Karena ada kaitannya juga dengan budaya Jawa yang menganggap tabu wong wandu (waria). Di bagian Bisma itu pun aku percaya demikian, antara versi Jawa dan India berbeda. Tapi aku nggak tau benar soal perbedaan Bisma di Jawa dan India seperti apa. Aku lupa RA Kosasih mengisahkan alasan Bisma yang memilih tidak menikah itu seperti apa. Besok kutelusuri lagi. Begitulah Pak Gita Capres 2014, terima kasih sudah sudi komen yah :D

    BalasHapus
  3. Iya setahuku Bisma memilih bersumpah buat nggak menikah itu versi India..
    By the way minta bacaan2 soal wayang dong.. aku udah lama nggak baca..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Buku-bukunya pitoyo amrih banyak yang bahas wayang di gramed. Pertanyaannya adakah gramed di pedalaman? :P

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer